Rukamen Blog Apartemen Things in Indonesia
Related Articles
Melihat Efek Penerapan Electronic Road Pricing (ERP) di Jakarta
Kemacetan sudah menjadi hal yang lazim di Ibu Kota Jakarta. Bahkan, permasalahan ini sudah mendarah daging dan tidak kunjung usai. Data statistik yang dilansir Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyatakan, persentase pengguna kendaraan pribadi diperkirakan sebesar 74,7 %. Jumlah ini hampir 3 kali lipatnya dari jumlah angkutan umum yang tersedia. Melihat total jalan yang hanya 6.954 km, dengan rasio jalan sebesar 6,3 % dan pertumbuhannya pun hanya 0,01 % per tahun, tentu kemacetan akan sulit terurai.
Dengan pertumbuhan kendaraan pribadi yang begitu besar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan dan Transportasi berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan sistem jalan berbayar Elektronic Road Pricing (ERP). Pemberlakuan sistem ini akan dilakukan pada beberapa ruas di titik-titik kemacetan Jakarta. Sebelumnya, sistem ERP telah sukses dilakukan oleh Singapura, bahkan menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan sistem ini.
Electronic Road Pricing (ERP) di Jakarta merupakan suatu sistem atau cara yang digunakan untuk mengendalikan masalah kemacetan, dimana kendaraan yang melintas ruas jalan atau lokasi tertentu akan dibebankan tarif atau biaya. Dengan menggunakan sistem sensor, tentu penerapan kebijakan ini akan lebih kredibel dan efektif dalam mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
Penerapan ERP di Beberapa Titik Ruas Kemacetan, Sudirman – Thamrin
Salah titik pusat kemacetan yang tergolong parah, yaitu ruas di sepanjang jalan Sudirman – Thamrin. Jalan ini memang merupakan jalur kepala naga, dimana gedung-gedung atau landmark perkantoran dan pusat perbelanjaan kelas atas berdiri. Akibatnya, ruas Sudirman – Thamrin menjadi arus mobilisasi terpadat. Bahkan, kepadatan tersebut bisa memuncak di jam-jam sibuk, seperti jam masuk dan keluar kantor.
Sejak 11 tahun silam, pemerintah sudah berusaha menyelesaikan masalah ini, yaitu dengan kebijakan 3 in 1. Sayangnya, keberadaan “joki 3 in 1” kerap menjadi penghambat suksesnya kebijakan tersebut.
Berbeda dengan 3 in 1, dalam penerapan sistem ERP di Jakarta nanti, setiap kendaraan yang melintasi jalur Sudirman – Thamrin akan dikenakan biaya tertentu. Hal ini berlaku pada jam-jam sibuk, khususnya pada waktu dengan mobilitas terpadat, yaitu antara pukul 7 – 10 pagi. Pungutan tarif ini bertujuan untuk membiayai proyek baik sarana, infrastruktur, serta fasilitas jalan dan transportasi umum. Dengan kata lain, dana tersebut akan digunakan untuk kepentingan masyarakat juga.
Jika melihat konsep ERP di jakarta ini, tentu kita sebagai warga Jakarta seharusnya mendukung penuh kebijakan ini. Namun di satu sisi, kebijakan tersebut akan menambah beban biaya perjalanan, khususnya bagi para pekerja yang memiliki kantor di ruas-ruas jalan pemberlakuan sistem ERP nanti.
Walaupun penerapan ERP belum dilakukan, beberapa orang lebih memilih mencari hunian yang berdekatan dengan kantor tempat mereka bekerja. Khususnya para pekerja yang memiliki kantor di ruas-ruas sistem ERP diberlakukan. Selain bisa mempercepat mobilitas mereka, secara tidak langsung mereka pun turut menyukseskan kebijakan ERP ini. Memang, selain memecah kemacetan, tujuan pemberlakuan ERP lainnya yaitu mengarahkan pengguna kendaraan pribadi untuk lebih memaksimalkan penggunaan kendaraan mereka, serta turut memanfaatkan fasilitas transportasi umum.
Untuk Anda yang memang ingin pindah atau mencari hunian baru, Anda bisa mencari apartemen di Sudirman maupun apartemen di sekitaran Thamrin. Karena hunian tersebut sangatlah dekat dengan pusat bisnis, pusat perkantoran dan pusat berbelanja di kawasan terpadu.
Temukan pula berbagai listing hunian apartemen dengan penawaran harga dan fasilitas menarik. Dengan dukungan akses di area destinasi berbelanja unggulan, Anda akan merasakan praktisnya hunian, bekerja dan shopping di satu area terbaik.
